Selasa, 21 Oktober 2014

Resensi Novel Dyan Sheldon- Tall, Thin and Blonde


Judul      : Tall, Thin, and Blonde (Jangkung, Kurus, dan Pirang)
Penulis   :  Dyan Sheldon
Penerbit :  Gramedia Pustaka Utama
Tahun    :   2004
Tebal      :   204 hlm
Ukuran   :  13,5 x 20 Cm

Sinopsis :
Sejak dulu, Jenny Kaliski dan Amy Ford sangat membenci tipe cewek yang Miss Perfect Teenager, julukan mereka untuk cewek-cewek cantik, kurus, dan tak berotak.
Namun saat menginjak SMA, mereka berpisah kelas. Dan perlahan gaya hidup Amy Ford mulai berubah. Dimulai ketika Amy Ford sekelas dengan para Miss Perfect Teenager, yaitu Rosie Hanley –cewek paling cantik di Red Bay High School-, dan 2 temannya yang ikut cheerleader, Kim dan Amber. Semenjak bergaul dengan mereka, penampilan Amy Ford berubah total, mulai gaya rambut baru dan diwarnai rambutnya menjadi pirang, baju baru, lalu Amy mulai berdiet.
Sementara Jenny, mendapati dirinya bergaul dengan teman barunya juga yang merupakan "makhluk Mars" (julukan untuk cewek-cewek yang aneh di sekolahnya). Yaitu, Sue yang selalu lupa apa yang dibicarakannya, Maria yang penyabar, Joan yang gaya pakaiannya seperti mode tahun 1953, Tanya yang berbadan besar, hobi makan, dan suka bercanda; dan Marva yang vegetarian, serius, eksentrik, dan misterius. Hal tersebut membuat hubungan antara Amy dan Jenny meregang, bahkan Amy tega mengatakan hal yang menyakitkan pada Jenny.
Suatu hari, guru biologi Jenny, Mr. Herrera menyuruh semua anak untuk membedah katak. Jenny merasa tak suka, karena hal tersebut bertentangan dengan prinsipnya. Dia menceritakan masalahnya pada teman-temannya, kemudian Marva bersedia membantunya. Lalu Jenny pergi kerumah Marva untuk ide 'demo-katak'nya, di luar dugaan, rumah Marva ternyata sangat menyeramkan dan dipenuhi berbagai hewan "peliharaan", seperti anjing yang tanpa sengaja diinjak Jenny di ruang tamu, Kelelawar yang tinggal di loteng, dan yang paling membuat Jenny kaget setengah mati, karena burung hantu yang bertengger di rak buku (yang semula dikira patung oleh Jenny), tiba-tiba mengejarnya, jenny ketakutan dan dia berakhir dengan terjerembab jatuh bersama makhuk "vampir", kakaknya Marva yaitu Chriss. Chriss merupakan cowok terpintar di Red Bay, bahkan guru-guru sekalipun hormat padanya, namun Chriss lebih eksentrik daripada Marva.
Pertemuan yang tidak mengenakkan itu membuat Jenny sebal pada Chriss, karena setelah Jenny terjatuh ketika dikejar burung hantu, Chriss malah memarahi Jenny karena Jenny telah membuat burung hantu kesayangannya ketakutan. Pertengkaran keduanya ditengahi oleh Marva, kemudian Marva mengatakan bahwa Jenny-lah orang yang ingin menentang Mr. Herrera. Mendengar penjelasan Marva, Chriss sangat senang, karena ada teman senasibnya (yang membenci Mr Herrera). Kemudian mereka berdua (Chriss dan Jenny) menjadi berteman dekat. Chriss dan Jenny perlahan-lahan menunjukkan perasaan lebih diantara mereka. Hal ini juga yang membuat Amy dan teman-teman genknya sekarang (Miss Perfect Teenager) menjadi tambah benci pada Jenny. Mereka menganggap Jenny makhluk "Mars'' yang paling parah. (sst... ternyata Rosie membenci Jenny, karena dulu Rosie pernah naksir dan pernah semacam "nembak" Chriss..tapi ditolak). Dan masa-masa SMA Jenny pun menjadi semakin penuh warna.
Buku-buku yang pernah ditulis oleh Dyan Sheldon :
        Sophie pitt-Turnbull Discovered America 
     Teenlit- Pengakuan Si Ratu Drama
     My Perfect Life ( Hidupku yg Sempurna)
     Planet Janet
      Aku Sudah Dewasa- and Makes Baby Makes Two.

Novel karya Dyan Sheldon tentang Tall, Thin dan Blonde ini , terasa mudah dipahami. Tidak menggunakan bahasa yang berbelit-belit, dan ada bumbu-bumbu humor yang tentu menyegarkan pembaca.
Sebagai novel yang menghadirkan kisah cinta dan persahabatan, novel ini memang paling pas bagi para remaja.
Kelebihan buku ini adalah pada tema cerita yang sederhana namun masih enak untuk dinikmati. Dan meskipun menyuguhkan cerita cinta, namun kita tidak akan bosan membaca novel ini, karena Dyan Sheldon dalam menulis sangat bagus.
Kekurangan buku ini, ceritanya agak sedikit berlebihan dalam penggambaran. Misalnya saja tentang penggambaran rumah keluarga Marva, penampilan Chriss dan "demo" yang dilakukan Jenny. Dan bagian akhir cerita yang agak menggantung membuat pembaca kurang puas.

Selasa, 07 Oktober 2014

Review Artikel Oleh Seno Gumbira Ajidarma Tentang Media Sebagai Panglima


A.  TUJUAN PENULIS

Tujuan ditulisnya Media Sebagai Panglima merupakan untuk mengetahui bahwa media yang dulunya sebagai penyampaian informasi ternyata sekarang tidak hanya penyampaian informasi saja tetapi juga membebankan kepentingan maknanya sendiri mulai dari kepentingan ideolagi sampai kepentingan finansial, serta mengetahui bahwa media sekarang itu tidak bersifat netral dan menjadi ajang perebutan makna berbagai kepentingan, perebutan ini juga hanya akan memihak dan menguntungkan diri sendiri atau salah satu kelompok tertentu.

B. FAKTA UNIK

Dalam artikel ini juga terdapat banyak fakta unik diantaranya yaitu :

1.  Kerendahan hati palsu dan semu sebagai sekadar pengelola media, apa yang disebut berita hanya terakali dan termanfaatkan sebagai corong propaganda kaum politisi yang licin, promosi gratis para cukong, khotbah nabi-nabi gadungan, kilah aparatur negara, dan pembenaran diri golongan militer yang mentalitasnya setara preman;

2. Wartawan bukanlah wartawan, melainkan sekadar instrumen media yang bekerja seperti robot;

3. Wartawan menjadi mesin bahasa canggih bagi                 kegagapan para pemikir medioker;

4. Para wartawan akan menyesatkan; dalam posisi mengendalikan, mengarahkan, dan menentukan arus pemberitaan secara kritis;



C.  PERTANYAAN YANG MUNCUL

Dalam media sebagai panglima ini banyak sekali muncul pertanyaan tentang keadaan media sekarang ini antara lain :

1. Apakah para wartawan masih memakai kode etik sebagai wartawan ?

2. Berita dari para wartawan itu mau di bawa kemana ?

3. Apakah wartawan terbawa arus ?

4. Bagaimana dampaknya jika para wartawan terbawa arus?

5.  Apakah para wartawan masih bisa merebut peran dengan menjadikan kembali media sebagai pangliama?

D.    REFLEKSI DIRI

Setelah saya membaca artikel media sebagai penglima dari Seno Gumbira Ajidarma saya mengerti bahwa media sekarang itu tidak bisa bersifat netral melainkan media sebagai ajang untuk keuntungan sendiri serta para wartawan sekarang tidak bisa mempertahankan kerja nya sebagai wartawan yang semestinya.

E.     BIBIOGRAFI

Artikel ini ditulis oleh Seno Gumbira Ajidarma ,Kebon jeruk, selasa 4 juni 2013. 17:08 tentang "Media Sebagai Panglima".